Pada suatu malam ada tiga pemuda yang datang bertamu ke rumah seorang Kiai. Mereka semua mempunyai hajat yang sama, yaitu hendak melamar anak gadis Pak Kiai tersebut.
“Siapa namamu?” tanya sang kiai kepada pemuda pertama.
“Anas, jawabnya pada Kiai.”
“Namamu bagus itu. Maksud kedatangan kamu dating kesini, apa?” sahut sang kiai.
“Saya sengaja datanag kesini mau melamar putrimu, pak Kiai” jawab anak muda itu.
“Oh iya? Kalau gitu saya mau tes kamu dulu ya…Coba sekarang kamu baca surat an-Nas sesuai dengan namamu.” Kata sang kiai.
“Baik, Kiai…. ” penuh percaya diri.
Kemudin pemuda itu membaca surat an-Nas dengan lancar. Pak Kiai manggut-manggut.
Kemudian perbincangan berlanjut sampai pemuda selanjutnya “Kamu… Siapa namamu wahai pemuda?” kata pak Kiai sambil menatap pemuda kedua.
” Nama saya Thoriq, pak Kiai.” Jawab sang pemuda.
“Hmmm, nama yang bagus. Sekarang untuk tesnya sama ya… Kamu baca surat At-Thoriq.”
“Baik, pak kiai… ” jawab sang pemuda.
Kemudian pemuda yang kedua itu pun membaca surat At-Thoriq dengan lancer dan baik. Pak kiai pun manggut-manggut sambil menatap pemuda ketiga yang tampak sedikit pucat.
“Nah, kamu yang terakhir! Siapa namamu?” tanya pak kiai.
Dengan penuh rasa cemas si pemuda ketiga berkeringat dingin. Dengan gemetar dia pun menjawab, “Imron, pak Kiai… tapi biasanya saya dipanggil Qulhu.”
“Hah?!!”
Sumber: Jakarta, NU Online
0 Comments
"Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan".