Anekdot Sufi: Tipu Muslihat Dibalas dengan Tipu Muslihat | Abu Nawas

بِسْÙ…ِ اللهِ الرَّØ­ْمنِ الرَّØ­ِيم


https://www.muhammadhabibi.com/2019/02/tipu-muslihat-di-balas-dengan-tipu-muslihat.html

Dulu ada salah seorang Yogis (Ahli Yoga) yang mengajak seorang Pendeta untuk bersekongkol akan memperdaya Iman Abu Nawas. Setelah mereka berdua mencapai kata sepakat, mereka pun segera berangkat untuk menemui Abu Nawas di kediamannya. Saat mereka datang Iman Abu Nawas sedang melakukan ibadah sholat Dhuha.

Setelah mereka dipersilahkan masuk oleh istri Iman Abu Nawas mereka kemudian masuk dan menunggu sambil berbincang-bincang santai. Seusai sholat Imam Abu Nawas menyambut mereka. Imam Abu Nawas dan para tamunya itu bercakap-cakap sejenak.

"Kami datang kesini sebenarnya ingin mengajak engkau melakukan pengembaraan suci. Kalau kau tidak keberatan bergabunglah bersama kami." kata Ahli Yoga tersebut.
"Dengan senang hati akau mau lalu kapan rencananya?" tanya Imam Abu Nawas polos.
"Besok pagi." kata sang Pendeta.
"Baiklah kalau begitu kita akan bertemu di warung teh besok." kata Imam Abu Nawas menyanggupi. Pada hari berikutnya mereka berangkat bersama. Imam Abu Nawas mengenakan jubah seorang Sufi. Sedangkan ahli Yoga dan Pendeta itu memakai seragam keagamaan mereka masing-masing. 

saat di tengah jalan mereka pun mulai diserang rasa lapar karena sebenarnya mereka memang sengaja tidak membawa bekal,
"Wahai Abu Nawas, bagaimana kalau seandainya kau saja yang mengumpulkan derma untuk membeli makanan kita bertiga. Karena kami ingin mengadakan kebaktian." kata Pendeta tersebut.

Dengan tanpa banyak bicara Imam Abu Nawas langsung berangkat mencari serta mengumpulkan derma dari dusun satu ke dusun lainnya. Setelah derma tersebut terkumpul, Imam Abu Nawas membeli segera makanan yang cukup untuk tiga orang. Kemudian Imam Abu Nawas kembali ke Pendeta dan Ahli Yoga dengan membawa makanan.

Karena sudah tak sanggup lagi menahan rasa lapar Imam Abu Nawas pun berkata, "Marilah segera kita bagikan makanan ini sekarang juga."
"Jangan sekarang dibagikan. Kami sebenarnya sedang berpuasa." kata Ahli Yoga.
"Tetapi aku hanyaah menginginkan bagianku saja sedangkan untuk bagian kalian terserah pada kalian." kata Imam Abu Nawas menawarkan jalan keluar.

"Akan tidak setuju. Kita seharusnya seiring dan seirama dalam berbuat apa pun." kata Pendeta itu.
"Itu sangat benar sekali aku juga tidak setuju karena waktu makanku besok pagi. Pada besok pagilah aku baru akan berbuka." kata Ahli Yoga. Bukankah aku yang kau jadikan niat untuk pencari derma dan derma itu pun telah ku tukar dengan makanan ini. Lantas sekarang kalian tidak mengizinkan aku untuk mengambil bagianku sendiri. Itu tidaklah masuk akal." kata Imam Abu Nawas mulai merasa jengkel pada mereka.

Walaupun begitu Pendeta dan Ahli Yoga tetap juga bersikeras tidak mengizinkan Abu Nawas mengambil bagian yang telah menjadi haknya. Kemudian Imam Abu Nawas jadi penasaran. Beliau pun mencoba sekali lagi untuk meyakinkan kawan-kawannya supaya  mengijinkan dirinya memakan bagianya. Tetapi mereka tetap saja dengan menolaknya. Imam Abu Nawas benar- benar merasa jengkel dan amat marah. Namun Imam Abu Nawas tidak memperlihatkan sedikit pun kejengkelan dan kemarahannya kepada mereka berdua.

"Bagaimana kalau kita sebaiknya mengadakan sebuah perjanjian." kata Pendeta tersebut kepada Abu Nawas.
"Perjanjian seperti apa?" tanya kembali Abu Nawas.
"Bagaimana kalau kita adakan lomba. Barangsiapa di antara kita yang bermimpi paling indah maka dia akan mendapat bagian yang paling banyak sedangkan yang kedua lebih sedikit dan yang terburuk akan mendapat paling sedikit." Kata Pendeta itu menjelaskan.

Imam Abu Nawas pun setuju. Beliau juga tidak memberi komentar apa-apa. Malam yang semakin larut. Dan embun pun mulai turun ke bumi. Sedangkan Pendeta dan Ahli Yoga mengantuk dan tertidur. Sedangkan Imam Abu Nawas tidak bisa tidur. Dia hanya berpura-pura tidur. Setelah beliau merasa yakin kawan-kawannya sudah terlelap daam tidurnya Imam Abu Nawas segera menghampiri makanan itu. Beliau pun tanpa berpikir dua kali untuk memakan habis makanan itu hingga tidak ada lagi yang tersisa sedikit pun. Setelah Iman Abu Nawas merasa kekenyangan Abu Nawas barulah bisa tidur.

Pada keesokan harinya mereka bangun hampir bersamaan. Dengan kepercayaan diri yang tinggi ahli Yoga dengan wajahnya yang berseri-seri dan yakin mulai bercerita, "Pada saat aku tertidur tadi malam aku bermimpi memasuki sebuah taman yang sangat mirip sekali dengan Nirwana. Aku langsung merasakan sebuah kenikmatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dalam hidup ini."

Sedangkan Pendeta mengatakan bahwa mimpi yang di alami Ahli Yoga benar-benar sungguh menakjubkan. Selanjutnya giliran Pendeta untuk menceritakan mimpinya. "Saat aku tertidur tadi malam aku seolah-olah menembus ruang dan waktu. Dan ternyata memang benar adanya. Aku secara tidak sengaja berhasil menyusup ke masa silam dimana pendiri agamaku hidup waktu itu. Aku pun juga bertemu dengan beliau dan yang lebih membahagiakan lagi adalah aku juga diberkatinya."

Dengan cerita Pendeta ahli Yoga juga memuji-muji kehebatan mimpi Pendeta sedangkan Imam Abu Nawas hanya diam. Beliau bahkan tidak merasa tertarik sedikitpun. Karena Imam Abu Nawas belum juga buka mulut, Pendeta dan Ahli Yoga sudah mulai tidak sabar untuk tidak menanyakan mimpi yang di alami Abu Nawas. 

"Imam Abu Nawas berkata kepada mereka kalian sudah tentu tahu Nabi Khidir AS. Beliau adalah merupakan seorang mahaguru para sufi. Tadi malam aku bermimpi berbincang-bincang dengan beliau. Beliau juga menanyakan apakah aku sedang berpuasa atau tidak. Kemudian aku katakana pada Nabi Khidir AS bahwa aku berpuasa karena memang aku tidak makan sejak dini hari Kemudian beliau pun menyuruhku segera berbuka karena hari sudah malam. Tentu saja aku tidak berani untuk mengabaikan perintah dari beliau. Dan dengan itu pula aku segera bangun dari tidur dan langsung menghabiskan semua makanan itu." kata Imam Abu Nawas tanpa perasaan bersalah secuil pun.

Sambil menahan rasa laparnya yang menyayat-nyayat Pendeta dan Ahli Yoga tersebut saling berpandangan satu sama lainnya. Kemudian kejengkelan dan kemarahan Imam Abu Nawas terobati. Kini mereka berdua sadar bahwa tidak ada gunanya coba-coba mempermainkan Abu Nawas, pasti hanya akan mendapatkan celaka sendiri.

*Humor Sufi

Post a Comment

0 Comments