Anekdot Sufi: Tersesat Di Surga

بِسْÙ…ِ اللهِ الرَّØ­ْمنِ الرَّØ­ِيم


https://www.muhammadhabibi.com/2019/02/tersesat-di-surga.html

Ada sebuah kisah bahwa ada seorang pemuda, yang mana pemuda tersebut seorang ahli amal ibadah datang ke salah seorang Sufi. Kemudian sang pemuda dengan bangganya mengatakan bahwa kalau dirinya sudah melakukan amal ibadah wajib, ibadah sunnah, serta senantiasa baca Al-Qur’an, selalu berkorban untuk orang lain dan kelak harapan satu satunya adalah masuk syurga dengan tumpukan amal yang senantiasa dia lakukan.

Bahkan sang pemuda tersebut sudah punya catatan amal baiknya selama ini dalam buku hariannya. Dan dia pun berkata pada sang Sufi:

“Saya kira bahwa amal saya sudah cukup bagus wahai Tuan…” kata sang pemuda.
“Apa yang sudah engkau lakukan?” kata sang Sufi.
“Senatiasa melakukan amal ibadah bekal masuk syurga saya nanti…” kata sang pemuda.
“Sejak kapan engkau menciptakan amal ibadah, kok engkau merasa punya amal?”

Pemuda itu pun diam, kemudian dia berkata kepada sang Sufi.

“Bukankah semua itu merupakan hasil dari jerih payah saya yang mana sesuai dengan perintah dan larangan Allah SWT?” kata sang pemuda. 
“Lalu siapa yang menggerakkan jerih payah dan usahamu itu?” kata sang Sufi. 
“Saya sendiri…hmmm….” katanya.
“Lantas engkau mau masuk syurga dengan amal-amalmu itu?” kata sang Sufi. 
“Sudah tentu, tuan…” kata sang pemuda.
“Saya tidak bisa jamin bahwa engkau bisa masuk ke syurga. Kalau memang engkau masuk syurga engkau malah akan tersesat disana…” kata sang Sufi.

Mendengar ucapan dari sang Sufi pemuda itu sangat terkejut. Kemudian pemuda itu antara marah dan diam, dan dia sangat geram dengan sang Sufi. 

“Mana mungkin  kalau di syurga akan ada yang tersesat. Jangan-jangan tuan ini sudah ikut aliran sesat…” kata pemuda itu sambil menuding Sang Sufi.
“Yang engkau katakan benar. Tapi sesat bagi syetan, dan petunjuk bagi saya….” kata sang sufi samba menasehati sang pemuda. 
“Tolongah engkau jelaskan pad wahai Tuan” kata sang pemuda.
“Kalau begitu begini saja, seandainya seluruh amalmu itu ditolak oleh Allah bagaimana?” kata sang Sufi.

“Kok bisa begitu, kenapa Tuan?” kata sang pemuda. 
“Siapa tahu engkau sebenarnya tidak ikhlas dalam menjalankan amal ibadah” kata Sufi.
“Saya ikhlas dalam mengerjakan amal ibadah, sungguh ikhlas. Bahkan setiap keikhlasan itu saya masih saya ingat semua…” kata sang pemuda. 
“Nah itu masalahnya, mana mungkin ada orang yang ikhlas, kalau saja masih mengingat-ingat amal baiknya? Mana mungkin engkau ikhlas kalau masih mengandalkan amal ibadah” kata sang Sufi.

“Dan mana mungkin juga engkau ikhlas kalau engkau sudah merasa puas dengan amal ibadahmu sekarang ini?”
Mendengar ucapan sang Sufi tersebut pemuda itu duduk lunglai seperti mengalami anti klimaks, pikirannya melayang serta membayangkan bagaimana mungkin bisa tersesat di syurga, kemudian soal amal yang tidak diterima, serta soal ikhlas dan tidak ikhlas tentang amal ibadahnya.

Dalam keadaan dan kondisi setengah frustrasi, Sang sufi lalu menepuk pundaknya.
“Hai anak muda. Janganah engkau kecewa, dan janganlah dirimu putus asa. Kamu cukup istighfar saja. Karena sesungguhnya kalau kamu berambisi masuk syurga itu pun baik pula. Akan tetapi, kalau engkau tidak bertemu dengan Sang Tuan Pemilik dan Pencipta syurga bagaimana? Itu sama saja dengan orang yang masuk rumah orang, lalu engkau tidak berjumpa dengan tuan rumah, apakah engkau seperti orang linglung atau orang yang bahagia?” kata sang Sufi sambil menasehatinya.

“Lantas saya harus bagaimana Tuan…” kata sang pemuda.
“Mulailah engkau menuju Sang Pencipta syurga, maka seluruh nikmatnya akan Dia diberikan kepadamu. Dan amalmu sesungguhnya bukan pula tiket ke syurga. Akan tetapi ikhlasmu dalam beramal merupakan wadah bagi ridho dan rahmatNya, yang akan menarik dirimu masuk ke dalamnya…” kata sang Sufi.

Pemuda itu semakin terdiam dan tertunduk malu antara tahu dan tidak.
“Begini saja, wahai anak muda. Mana mungkin syurga tanpa Allah, dan mana mungkin pula neraka bersama Allah?”

Pemuda itu tetap saja bingung dan diam serta malu atas perkataan sang Sufi.

*Humor Sufi 

Post a Comment

0 Comments