Pada suatu waktu para pelajar mengunjungi Syekh Nasruddin Hoja untuk memintanya mengisi kajian di tempat mereka. Syekh Nasruddin pun setuju. Kemudian mereka bersama-sama menuju tempat kajian yang akan diadakan. Para pelajar berjalan di belakang Syekh Nasruddin, sedangkan Syekh Nasruddin menunggangi keledainya dengan posisi duduk terbalik, sedangankan wajahnya menghadap ekornya.
Banyak orang menatap mereka dan berbisik-bisik. Tidak sedikit dari mereka yang mengatakan si penunggang keledai itu pasti orang bodoh, tapi orang-orang yang mengikutinya jauh lebih bodoh.
Beberapa saat kemudian, para pelajar itupun mulai gelisah, salah satu dari mereka berkata kepada Syekh Nasruddin.
“wahai Syekh, orang-orang melihat kita. Kenapa Syekh menunggangi keledai dengan cara seperti ini?”
Syekh Nasruddin mengerutkan keningnya. “Kenapa kalian lebih memikirkan apa yang dikatakan dan dipikirkan orang lain daripada memikirkan makna dari apa yang kita lakukan ini,” katanya di atas keledainya. “Aku akan menjelaskannya. Begini, jika kalian berjalan di depanku, itu menunjukkan tidak hormat kepadaku, karena kalian akan memunggungiku. Tapi jika aku berjalan di belakang kalian, sama saja. Jika aku menunggang keledai dengan menghadap ke depan, tidak dengan cara seperti ini, itu menunjukkan tidak hormat kepada kalian, karena aku memunggungi kalian. Ini adalah satu-satunya cara untuk melakukannya.”
Renungan diri | Muhasabah Jiwa
0 Comments
"Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan".