Senja yang kelabu

بِسْÙ…ِ اللهِ الرَّØ­ْمنِ الرَّØ­ِيمِ

Sore itu aku terduduk merenung seorang diri, dibawah langit senja yang indah. Angin yang berhembus dengan sayu menyapa tiap sudut ragaku, riuh-riuh dedaunan bergoyang memberi sejuta tanya padaku, raut wajahmu yang terlukis indah di ujung senja sana, seolah tak membiarkanmu hilang dari benakku. 

Entah kemana lagi ku arungi bahtera hidup ini, begitu daif diri yang tak mampu menahan rasa dihati. Dengan segala cara telah ku coba menampik segala yang ada, namun hanya raut wajah itu yang selalu tampak dimata. 

Petang itu senja tak seindah biasanya, aku kehilangan cahaya senja yang bersahaja, tertutup awan hitam yang merengggut semua keindahannya. Tiada hari yang paling kutunggu, dan tiada pula waktu yang selalu kunanti, melainkan waktu dimana langit jingga dengan penuh pesona. 

Masihkah kiranya kau ingat senjaku…?

Akan janji yang terucap dikala senja menebarkan warna jingganya. Dengan alam ini yang menjadi saksinya, kau untaikan bait-bait syair yang begitu indahnya, pada seorang pemuda yang pernah kau sebut lebih indah dari senjamu, bumi pun seakan terhenti, saat janji suci itu kau ikrarkan dengan segenap rasa dihati. Itulah kata azimat cinta yang merasuk bathinku. 

Aku pernah merindukan dirimu  pada suatu senja, dan kuharapkan kerinduan itu selalu ada disetiap senja, namun sore itu senja hilang dari penglihatanku, ia pergi dengan sejuta harapan yang tertutup awan kelabu. 

Terkadang aku enggan menceritakan tentangmu dikala senja terlihat, karena kau lebih indah dari ribaun senja yang pernah kulihat. Engkaulah alasan mengapa aku sangat bahagia memandang senja, karena ku tahu, bahwa ada keindahan Tuhan yang lainnya selain dirimu. 

Aku masih ingat janji manismu itu, ketika kau ucap satu kalimat dimana hatiku menjadi damai, bahkan menghidupkan pengharapanku yang telah sekian lama terkubur. Dikala itu kau sanggup menggenggam jiwaku, walaupun tak sedetikpun tanganmu menyentuhku. Kau beri kehangatan didalam bathinku, dengan keyakinan cinta kau basuh lukaku. 

Namun kini semuanya menjadi kelabu, disaat kau tutup keindahan senjaku dengan dustamu. Kau renggut sumpah yang pernah kau tanamkan dihatiku. Sungguh teganya dirimu, mencampakkan seluruh keindahan dihatiku. Rindu yang tengah menyala begitu dahsyatnya, kau padamkan dengan air cinta yang ternoda. Hati yang sungguh-sungguh dengan segala harapnya, kau rampas dengan genggaman sengsara. 

Begitu tega kau kekasih…

Tak kau sisakan lagi ruang di jiwa ini, tak kau berikan lagi cinta dihati ini, bahkan tiada lagi senyum di jiwa yang sepi ini, Kau hempas segala rasa yang hanya ia berikan padamu, kau tusuk jantungnya hingga mengalir darah disetiap raganya, dan dengan darah itu pula kau buktikan, betapa kejamnya siksa yang kau berikan padanya. 

( 11 November 2015 )

Post a Comment

3 Comments

"Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan".