Pertemuan ini menjadi suatu berarti, di kala hati menyadari perpisahan ini membuatku kian mengerti. Saat diri terlelap sepi, ku semakin menyadari dirimu sungguh berarti, hanya sekejap waktu untuk mengenal siapa dirimu, namun butuh waktu hingga kini untukku merinduimu. Terkadang ku merasa tak mengerti dengan perasaan yang menyapa hatiku, singgah dengan siasat yang sederhana namun enggan untuk lari dari kalbu.
Wahai engkau yang rasa ini lumpuh karenanya…
Syair-syair cinta tercipta karenamu, tak mengerti entah apa yang ku cari, hanya sekadar hadirmu yang selalu kunanti. Jika engkau mengerti betapa sukarnya hati ini untuk menjauh darimu, namun itu hanya rasa yang menudungi hatiku. Tiada harta yang ku hasratkan darimu, dan tiada pula tahta yang kucari darimu. Karena ku sadar diri ini terlalu jauh dari semua apa yang ada dalam dirimu. namun hanya rasa yang tulus menyayangi karena-Nya, yang ku harapkan darimu.
Bukan cinta yang mengharuskanku untuk memilihmu, namun rasa dari-Nya yang mensyaratkanku untuk belajar mencintaimu Karena-Nya. Jika semua ini harus ku jalani dengan kesendirian tanpa hadirmu, tak terbesit di hatiku untuk terbuai meninggalkan rasa ini. Semakin kau jauh dariku, semakin ku mengerti engkaulah perantara dari-Nya, yang mengajariku arti kesungguhan dalam mencintai.
Pertemuan yang sekejap, membuatku menyimpan secercah rasa di hati. Rindu yang membuncah, mengukir seuntai kata yang melipur hati. Dengan lirih doa ku bersyair pada-Nya, untuk menguatkan hati yang rapuh menahan rindu padamu. Jika engkau menyadari rasa ini, patutnya engkau akan mengerti arti dari perpisahan.
Wahai engkau yang lembut hatinya…
Sampai kapankah terus begini, sendiri merindui dirimu yang jauh disana. Ingin ku arungi bahtera cintaku yang suci untukmu, menuju mahligai cinta yang seutuhnya, sebongkah asa ku tak pernah berhenti untuk berharap akan datang hari di mana engkau bersamaku, setelah terikat dua hati yang menyatu dalam bingkai syariat-Nya, di saat tak ada lagi dosa kala aku menatapmu, saat aku membelai kasihku dengan segenap raga yang kumiliki.
Di keheningan malam, kusampaikan seuntai salam rinduku padamu, agar kau merasakan kidung cintaku yang berirama menyebut namamu. Hingga mata ini terlelap, asaku selalu berucap agar rasa ini abadi semata karena-Nya. Bukan rasa ini yang bisa memilih, namun anugerah tempatku bersandar pada-Nya. Berharap tiada nafsu semata, karena cinta tercipta atas dasar ke Maha kasih sayang-Nya.
Wahai engkau yang jauh di sana…
Dengarlah luahan rasa yang memayungi hatiku, ke mana hendak kudayuh bahtera cinta ini ketika hati terbalut keheningan, lara yang menghiasi hati dengan kesenyapan gelapnya malam. Adakalanya bila rindu ini menyapa hati, ku pandang langit menatap bintang yang bertaburan dengan relap binar keelokannya. Namun hati berharap engkau melihat langit yang sama, menatap rembulan yang sama, agar rasa ini dapat kau rasakan betapa indahnya.
Bila saja engkau sadari rasa ini, betapa merdunya menyebut namamu. Sungguh tiada raguku untuk selalu menyayangimu, walau kaupun tak tahu disini aku merinduimu. Dengarlah kidung cintaku yang indah untukmu, menghiasi tiap-tiap relung hatiku.
Jika engkau bisa merasakan indahnya senandung rindu ini, Insya Allah kelak kau akan mengerti, bahwa sangat berartinya dirimu untukku. Dalam diammu menyimpan bait-bait syair merdu di kalbu. Tatkala ku hiasi rasa ini, dengan kesendirian tanpamu, di kala itulah aku memahami indahnya arti sebuah pertemuan.
Karya: Muhammad Habibi
( 12 Mei 2014 )
1 Comments
setuju, semoga nanti dia tahu isi hati mu yang sesungguhnya, dan sebaik-baiknya rasa adalah yang bersandar pada pemilik-Nya yaitu Allah Azza Wa Jalla...
ReplyDelete"Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan".