“Tak ada sahabat sejatimu kecuali dia yang paling tahu aibmu, dan tidak ada (sahabat seperti itu) kecuali Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Sebaik-baik sahabatmu adalah yang menuntutmu, tetapi sama sekali tuntutan itu tidak ada kepentingannya darimu untuk-nya.”
Tak ada yang
lebih tahu aib kita secara detil dan rinci melainkan Allah swt, karena Dia-lah
yang tak pernah meninggalkan anda ketika anda dalam kondisi hina dan tidak
menolak anda ketika anda dalam kondisi sangat kurang, bahkan senantiasa
mengasihi anda dalam situasi apa pun.
Pada saat
begitu Dia memerintahkan anda dan melarang anda, namun anda maksiat pada-Nya,
namun Dia tidak meninggalkan anda, bahkan dengan rasa belas kasih-Nya Dia
memanggilmu untuk datang kepada-Nya di saat anda alpa.
Namun jika
yang tahu aib anda secara detil itu adalah makhluk, maka para makhluk pun
justru meninggalkan anda dan melempari anda atas perbuatan anda selama ini.
Namun Allah Swt dengan segala cinta dan kasih sayang-Nya senantiasa malah
menjaga anda. Namun yang menyadari itu sangat sedikit.
Allah Swt
tidak pernah meminta imbal balik kita dibalik perlindungan, perintah, tuntutan
dan larangan-Nya. Sedangkan pergaulan dan persahabatan dengan makhluk penuh
dengan tuntutan dan kepentingan. Maka sahabat sejati sesungguhnya yang
menyadarkan kepentingan yang kembali pada diri kita, hal-hal yang berguna
maupun hal-hal mana yang berbahaya.
Namun rasa yaqin yang rendah dan lemah membuat anda terhijab dari semua itu. Karena itu Ibnu Athaillah melanjutkan:
“Seandainya cahaya yaqin memancar, pasti anda melihat akhirat lebih dekat padamu dibanding anda menempuhnya. Dan sungguh anda memandang keindahan dunia tak lebih dari reruntuhan fana yang tampak padanya.”
Dunia
hanyalah khayal dalam wujudnya, apabila anda benar-benar tercerahi oleh cahaya
yaqin. Ahmad bin Ashim al-Anthaky ra menegaskan, “Yaqin adalah nur yang dijadikan
Allah swt dalam hati hamba-Nya, hingga ia melihat perkara akhiratnya dan cahaya
itu membakar semua hijab antara Dia dan dirinya, sampai akhirat tampak begitu
jelas dalam perspektifnya.”
Suatu hari
Rasulullah Saw, bertanya kepada Haritsah ra:
“Apa kabarmu pagi ini wahai Haritsah?”
“Saya dalam kondisi beriman yang benar,” jawab Haritsah.
Rasulullah saw, bersabda, “Setiap kebenaran ada hakikatnya, lalu apa hakikat imanmu?”
“Seakan-akan saya berada di Arasy Tuhanku benar-benar ditegakkan dan saya melihat ahli syurga sedang menikmati nikmat-nikmat-Nya di syurga dan ahli neraka sedang saling minta pertolongan,” kata Haritsah.
“Apa kabarmu pagi ini wahai Haritsah?”
“Saya dalam kondisi beriman yang benar,” jawab Haritsah.
Rasulullah saw, bersabda, “Setiap kebenaran ada hakikatnya, lalu apa hakikat imanmu?”
“Seakan-akan saya berada di Arasy Tuhanku benar-benar ditegakkan dan saya melihat ahli syurga sedang menikmati nikmat-nikmat-Nya di syurga dan ahli neraka sedang saling minta pertolongan,” kata Haritsah.
Rasulullah saw, bersabda, “Kamu sedang mengenal maka teguhlah. Seorang hamba yang qalbunya dicerahi cahaya oleh Allah….” (Al-Hadits).
Rasulullah saw, pernah bersabda, “Bila cahaya masuk dalam hati, maka hati akan lapang…”
Rasul saw, ditanya, “Wahai Rasulullah apakah ada tanda untuk mengenal itu?”
Beliau menjawab, “Merasa kosong di negeri tipu daya dan kembali pada negeri keabadian, serta mempersiapkan bekal mati sebelum waktunya tiba…”
Sumber: Al-Hikam_ KHM.Luqman Hakim
0 Comments
"Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan".